pojokdepok.com -, Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah menilai bahwa standar etika pejabat negara sudah mulai menurun. Tidak bisa membedakan ranah negara dengan pasar.
“Standar etika pejabat negara menurun, tidak bisa membedakan mana negara mana pasar, mana pribadi mana publik dan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dalam jabatan,” ujar Fahri Hamzah dalam cuitannya di akun twitter @Fahrihamzah, Minggun(7/11/2021).
Standar etika pejabat negara menurun, tidak bisa membedakan mana negara mana pasar, mana pribadi mana publik dan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dalam jabatan. Jubir2 berkeliaran tanpa pengetahuan. Tambah runyam pengertian tidak paham mana institusi mana personal.
— #FahriHamzah2021 (@Fahrihamzah) November 6, 2021
Kemudian Fahri Hamzah juga menyebut, terdapat juru bicara (Jubir) yang berkeliaran tanpa memiliki pengetahuan. Tidak sedikit pejabat negara yang juga tidak bisa membedakan urusan pribadi dan masalah publik secara umum.
“Jubir-jubir berkeliaran tanpa pengetahuan. Tambah runyam pengertian tidak paham mana institusi mana personal,” ucapnya.
Rupanya, cuitan Fahri dibalas Anggota DPR RI Fraksi Partai Gerindra, Fadli Zon. Dia menilai Fahri Hamzah masih terlalu dini berbicara tentang etika pejabat dan etika politik.
Sebab, ungkap Fadli, mantan Wakil Ketua DPR RI itu belum lama secara vulgar mendukung dinasti politik keluarga presiden yang masih aktif menjabat.
“Mohonn maaf Pak Fahri, ini masih terlalu dini bagi anda bicara etika pejabat dan etika politik,” tandasnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan beberapa waktu lalu melalui akun Instagramnya menjawab tudingan terkait dugaan kongkalikong bisnis PCR yang mencatut namanya.
Dimana dalam unggahannya tersebut, Menko Luhut memberikan beberapa statement mengenai tudingannya tersebut.
“Teman-teman dan seluruh masyarakat Indonesia yang saya cintai, Saya ingin menegaskan beberapa hal lewat tulisan ini. Pertama, saya tidak pernah sedikit pun mengambil keuntungan pribadi dari bisnis yang dijalankan PT Genomik Solidaritas Indonesia. Seperti sama-sama yang sudah kita tahu, pada masa-masa awal pandemi tahun lalu, Indonesia masih terkendala dalam hal penyediaan tes Covid-19 untuk masyarakat. GSI ini tujuannya bukan untuk mencari profit bagi para pemegang saham. Sesuai namanya, Genomik Solidaritas Indonesia, memang ini adalah kewirausahaan sosial, sehingga tidak sepenuhnya bisa diberikan secara gratis,” unggahnya pada hari Kamis (4/11/2021).
Partisipasi yang diberikan melalui Toba Bumi Energi, lanjutnya, merupakan wujud bantuan yang diinisiasi oleh rekan-rekan saya dari Grup Indika, Adaro, Northstar, dan lain-lain yang sepakat bersama-sama membantu penyediaan fasilitas tes Covid-19 dengan kapasitas yang besar. Bantuan melalui perusahaan tersebut merupakan upaya keterbukaan yang dilakukan sejak awal.
“Kenapa saya tidak menggunakan nama yayasan? Karena memang bantuan yang tersedia berada dari perusahaan. Dan memang tidak ada yang saya sembunyikan di situ,” tulisnya.[]