pojokdepok.com -, Sepanjang tahun 2021, sejumlah tokoh politik mulai gencar menunjukkan eksistensinya. Salah satu caranya dengan melakukan pemasangan baliho dengan harapan menyedot perhatian massa.
Namun demikian, sejumlah kritik terhadap pemasangan baliho tokoh-tokoh tersebut tidak terhindarkan. Kritik tentang kesalahan tata bahasa hingga minimnya empati di tengah pandemi, mengiringi terpancangnya baliho tokoh-tokoh politik tersebut.
Sejumlah politisi yang terlihat masif wajahnya di baliho-baliho di antaranya ialah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua DPP PDI-P Puan Maharani, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
Puan Maharani
Baliho yang menampilkan sosok Ketua DPR RI, Puan Maharani awalnya dikabarkan sebagai inisiatif dan langkah spontan dari para kader partai. Namun demikian, hal tersebut sempat memunculkan pertanyaan publik karena baliho di berbagai daerah tersebut kontennya seragam.
Pada awal Agustus 2021, ketua bidang pemenangan pemilu DPP PDIP Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul mengatakan bahwa ide awal pemasangan baliho Puan Maharani tersebut berawal dari pembicaraan di ruang Fraksi PDIP DPR RI.
Bambang mengatakan, anggota fraksi setuju dengan pemasangan baliho di daerah pemilihan masing-masing pada 15 Juli. Untuk dapil yang kosong, seperti di Dapil Sumatera Barat 1, Sumbar 2, Gorontalo, NTB 2, Aceh 1, dan Aceh 2, fraksi PDIP di DPR meminta Ketua DPD PDIP mengurusnya.
“Naiklah itu serentak,” kata Bambang (9/8/2021).
Pemasangan baliho Puan Maharani sempat mendapatkan kritik dari Anggota DPR RI Fraksi Gerindra, Fadli Zon. Dia sempat mengoreksi tata bahasa yang tercantum pada baliho Puan Maharani. Salah satu yang ia coba koreksi yakni kata ‘kebhinnekaan’ di dalam baliho tersebut.
“Mari gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, apalagi dalam bentuk baliho besar yang terpampang ke seantero negeri,” kata Fadli Zon dalam cuitan Twitternya (2/8/2021).
Airlangga Hartarto
Selain baliho yang menampilkan Puan Maharani terpancang di berbagai daerah di Indonesia sejak bulan Agustus lalu, baliho berwarna dominan kuning yang menampilkan sosok ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto juga turut bermunculan menyusul kabar bahwa Partai Golkar akan mengusung Airlangga sebagai Capres 2024.
Menanggapi hal tersebut, pengamat kebijakan publik dari Universitas Syekh Yusuf Tangerang Adib Miftahul mengatakan, respons positif masyarakat terhadap baliho-baliho Airlangga, berbeda dengan Puan, hal tersebut salah satunya dilatar belakangi oleh kinerja kedua tokoh.
Menurut Adib, apa yang dilakukan Airlangga sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, termasuk Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), lebih diterima masyarakat.
“Sebagai Menko, kerja Airlangga dalam hal penanganan Covid-19 dan dampaknya melalui stimulus ekonomi jauh lebih diterima masyarakat,” kata Adib.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia Tanjung mengakui bahwa baliho Airlangga Hartarto yang terpajang di sejumlah daerah Indonesia merupakan bagian dari upaya sosialisasi Calon Presiden atau Capres 2024.
“Awalnya atribut sosialisasi dilakukan secara sporadis oleh kader Golkar di daerah. Namun, kini pemasangan baliho tersebut telah diatur partai,” kata Ahmad Doli kepada wartawan di Jakarta (11/8/2021).
Ia mengatakan perencanaan oleh partai juga disusun dengan baik. Apalagi, saat ini sudah 2021 maka strategi pengenalan pada publik terus ditingkatkan. Selain itu, diakui Golkar popularitas dan elektabilitas Airlangga masih rendah.
Manuver Cak Imin
Masih pada bulan yang sama, Agustus 2021, baliho Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin juga tampak terpasang di beberapa tempat di Indonesia. Namun, politisi PKB kompak mengakui bahwa pemasangan baliho tersebut adalah murni inisiatif dari simpatisan dan bukan instruksi dari pimpinan partai.
Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, Jazilul Fawaid, memastikan bahwa pihaknya tidak pernah memberikan instruksi kepada kader untuk memasang baliho bernada kampanye terkait Pemilihan Presiden 2024.
Pernyataan itu disampaikan Jazilul merespons sindiran politikus senior Partai Amanat Nasional (PAN) Abdillah Toha terhadap sejumlah politikus yang wajahnya terpampang di sejumlah baliho di tengah kesulitan rakyat menghadapi pandemi Covid-19.
Menurut Jazilul, baliho yang dipasang oleh DPP PKB adalah mengenai harlah partai ke-23 pada Juli 2021 lalu. Bukan soal ‘Cak Imin the next presiden’.
“Itu kan simpatisan, coba lihat yang PKB buat paling soal harlah. Karena kalau harlah itu biasa dan lazimnya seperti itu,” ujar Jazilul dalam diskusi virtual di Jakarta (14/8/2021).
AHY dan Sengketa Demokrat
Masih pada bulan yang sama, Agustus 2021 Baliho Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono juga menjadi sorotan. Namun, mirip dengan PKB, Partai Demokrat membantah anggapan bahwa baliho Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) terpasang di sejumlah daerah di masa pandemi Covid-19 untuk meningkatkan elektabilitas sebagai calon presiden .
Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengatakan baliho AHY dipasang kader di daerah untuk menangkal gerakan Moeldoko dkk yang melakukan kudeta.
“Itu inisiatif dari kader-kader di daerah, ketika gerombolan Moeldoko berusaha merebut paksa secara ilegal kepemimpinan Ketum AHY serta memfitnah Demokrat disusupi kaum radikal,” ujar Herzaky (5/8/2021).
Diketahui sebelumnya, kisruh Partai Demokrat memanas ditandai dengan perlawanan sejumlah kader senior yang dipecat AHY dengan menginisiasi perhelatan KLB di Deli Serdang, Sumatera Utara pada 5 Maret 2021. Mereka anggap kepemimpinan AHY tidak sah dan hanya sebagai dinasti politik trah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Respon Masyarakat
Berbagai reaksi masyarakat turut meramaikan perang baliho ketua umum parpol tersebut. Salah satunya politisi senior yang juga pendiri PAN, Abdillah Toha. Ia mengkritik keras baliho sejumlah tokoh yang bertebaran di tengah kondisi wabah Covid ini lewat cuitan di Twitternya @AT_AbdillahToha.
“Halo Puan, Erlangga, Muhaimin, AHY, apa tidak risih dan malu memajang gambar diri besar2 di sekujur Indonesia bersaing utk pilpres yang masih 3 tahun lagi, ketika rakyat sedang bergulat atasi pandemi dan kehidupan sehari2? Kenapa tak gunakan uang baliho itu utk bantu rakyat saja?” Katanya, melalui akun Twitter pribadinya.
Selain itu, komedian Ernest Prakasa pun turut mengkritik persoalan tersebut. Lewat akun Twitternya @ernestprakasa, ia menulis cuitan berikut:
“Pak Airlangga Hartanto & Ibu Puan Maharani, itu bajet beriklan untuk personal branding anda berdua apa nggak sayang duitnya? Gak mau dipake untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat aja?”
Sementara, pakar komunikasi UI Firman Kurniawan Sujono mengatakan memang baliho memiliki keunggulan tersendiri. Apalagi di tempat strategis yang banyak orang berlalu lalang, baliho akan menjadi pusat perhatian publik.
“Secara umum billboard/baliho/media luar ruang memiliki keunggulan: mudah dilihat, karena diletakkan di jalan-jalan yang terbukti banyak dilalui kendaraan. Ukurannya yang besar, secara struktural ‘memaksa’ orang untuk melihatnya. Apalagi kalau diletakkan di kawasan yang strategis, pasti tak terhindarkan, orang lewat tak bisa mengelak,” kata Firman kepada wartawan, Rabu (4/8/2021).[]

