Jakarta, pojokdepok.com – Tahun 2021 menjadi tahun yang menggembirakan bagi investor minyak sawit mentah (CPO) karena harganya yang mampu melesat meskipun dihantam keras oleh pandemi COVID-19 yang menyebar ke seluruh dunia.
Harga minyak sawit mampu tumbuh 29,14% menjadi MYR 4.697/ ton pada tahun 2021.
Tingginya harga CPO tersebut didukung oleh beberapa faktor antara lain masalah produksi di Malaysia, produsen utama dunia. Mengacu data SGS, produksi Malaysia turun 34,15%point-to-point(ptp) sejak awal tahun.
Salah satu masalah besar produksi sawit di Malaysia adalah krisis tenaga kerja di perkebunan akibat pandemi.
Per April 2020, sebanyak 337.000 pekerja migran bekerja di perkebunan sawit Malaysia. Jumlah ini setara dengan 80% dari angkatan kerja. Saat pandemi menyerang, banyak dari pekerja tersebut pulang ke negara masing-masing. Diperkirakan Malaysia membutuhkan 132.000 tenaga kerja untuk kebutuhan perkebunan sawit saat ini.
Selain itu, faktor cuaca juga jadi salah satu penyebab produksi sawit Malaysia menurun pada tahun 2021.
Tren kenaikan harga minyak mentah juga mendukung harga CPO karena kelapa sawit digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi biodiesel. Harga minyak mentah dunia meroket sepanjang tahun 2021. Minyak jenis brent melesat 50,12% dalam setahun. Sedangkan minyak mentah jenis light sweet (WTI) meroket 55% sepanjang tahun.
Dari sisi permintaan, peningkatan ekspor CPO selama periode Januari sampai dengan September 2021 mencapai 368.015 ton. Jumlah ekspor ini naik 9,9% dibandingkan CPO yang diekspor selama periode yang sama pada tahun 2020.
Peningkatan ekspor tersebut disebabkan oleh permintaan yang meningkat dari negara-negara pengimpor utama, terutama India dengan asupan 2,79 juta ton, diikuti oleh Uni Eropa sebesar 0,73 juta ton dan Kenya sebesar 0,46 juta ton.
Tahun depan, permintaan yang tetap tangguh mengingat konsumsi yang lebih tinggi secara global tetap menopang harga CPO. Permintaan akan tumbuh dari permintaan minyak nabati yang tumbuh dan biofuel.
Persediaan minyak sawit diperkirakan sedikit meningkat dan akhirnya kembali ke tingkat pra-pandemi sekitar dua juta ton hingga tiga juta ton pada tahun 2022, menurut riset MIDF Research.Walaupun ada peningkatan produksi, analis memperkirakan rata-rata harga CPO akan tetap bertahan di level RM 3.000/ton tahun depan.
MIDF memperkirakan harga rata-rata CPO 2022 pada RM 3.300/ton. Sedangkan pandangan lebih optimis datang dari CGS-CIMB Research memperkirakan rata-rata harga CPO tahun 2022 sebesar RM 3.600/ton.
(ras/ras)