Jakarta, pojokdepok.com – Kasus omicron di Indonesia terus mengalami peningkatan, bukan tidak mungkin kita bertemu dengan seseorang yang ternyata positif varian tersebut. Lalu apa yang harus dilakukan?
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid menjelaskan orang yang bertemu dengan pasien terinfeksi omicron statusnya menjadi kontak erat. Jadi dia meminta untuk segera melakukan tes untuk mengetahui apakah kita juga positif atau tidak.
“Berarti kita kontak erat, segera lakukan tes mengetahui positif atau tidak,” kata Siti Nadia dalam Keterangan Pers Update Penanganan Pandemi Covid-19, Kamis (10/2/2022).
Apabila tes menunjukkan negatif, tetap harus melakukan karantina. Siti Nadia menjelaskan ini disebabkan kemungkinan adanya masa inkubasi virus, yang membuat saat dites hasilnya tidak menunjukkan positif.
Karantina dilakukan selama lima hari dan lakukan tes Covid-19 kembali pada hari terakhir.
“Kalau negatif harus karantina karena ada masa inkubasi dari virus mungkin saat tes belum positif. Karantina lima hari di hari kelima lakukan tes kembali,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, dia juga menjelaskan jika kasus omicron di Indonesia jumlahnya terus mengalami peningkatan. Bahkan lebih cepat daripada puncak kasus varian Delta pertengahan tahun lalu.
Namun ternyata kecepatan penambahan kasus ini tidak sebanding dengan angka perawatan dan kematian. Sebab kedua aspek tersebut menunjukkan jumlah yang jauh lebih rendah.
Omicron juga menyebabkan gejala umum yang lebih ringan dan bahkan tidak bergejala. Untuk masyarakat dengan kedua kategori tersebut, Siti Nadia meminta untuk tidak panik ke rumah sakit.
Mereka hanya diminta melakukan isolasi mandiri atau isolasi terpusat. Bagi masyarakat tanpa gejala dan gejala ringan akan mendapatkan fasilitas layanan telemedisin dan juga obat-obatan Covid-19 secara gratis.
“Layanan telemedisin atau konsultasi melalui Puskesmas. Obat-obatan Covid sudah tersedia di Puskesmas atau isolasi terpusat,” ujar Siti Nadia.
(npb/npb)