pojokdepok.com –, Indonesia Political Opinion (IPO) merilis hasil survei opini masyarakat Jawa Barat terkait isu sosial kemasyarakatan dan konstelasi politik 2024. Hasil survei memotret tingkat popularitas dan kesukaan pada politisi Partai Golkar Dedi Mulyadi dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Survei digelar pada 1-7 Maret 2022 menggunakan metode multistage random sampling dengan total wawancara dilakukan kepada 880 responden. Margin of error sebesar 2.90 persen, akurasi data 95 persen asumsi simple random sampling.
“Berdasarkan hasil survei, Dedi Mulyadi mendapatkan persepsi kesukaan publik sebesar 92 persen dari total popularitas yang ia dapat. Sementara Ridwan Kamil hanya disukai oleh 85 persen dari publik yang mengenal atau mengetahuinya,” kata Direktur eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah dalam keterangan tertulis, Kamis (10/3/2022).
baca juga:
Meskipun kalah dalam persepsi kesukaan, Ridwan Kamil yang namanya kerap masuk dalam daftar calon presiden dan wakil presiden lembaga sigi, unggul dari Dedy Mulyadi dalam popularitas. Persentase popularitas Ridwan Kamil 94 persen sementara Dedi Mulyadi 88 persen.
Berdasarkan hasil survei, popularitas Ridwan Kamil hampir merata ke seluruh pemilih di Jabar. Hanya saja, popularitas dia menyisakan kelompok yang tidak suka.
“Ini menunjukkan dalam popularitas Ridwan Kamil terdapat 15 persen yang tidak menyukainya, secara politik ini menentukan karena bisa saja kelompok ini secara aktif untuk mempropaganda pemilih lain agar tidak menyukai,” terang Dedi.
Situasi berbeda terjadi dalam penilaian publik kepada legislator Partai Golkar Dedi Mulyadi, survei diketahui hampir sebagian besar yang mengenal mantan Bupati Purwakarta itu menyukai ketokohannya.
“Dedi Mulyadi berhasil menempatkan citra dirinya sebagai tokoh disukai di pemilih Jawa Barat, tentu banyak faktor, paling menonjol dari aktifitasnya selama ini yang turun langsung ke masyarakat, meski pun dibuat dalam rangka konten media sosial, tetapi itu berhasil meyakinkan publik jika ia memang tokoh yang diharapkan publik,” lanjutnya.
Dedi menambahkan jika faktor kesukaan publik lebih banyak dipengaruhi oleh interaksi tokoh politik pada publik, termasuk interaksi yang dilakukan secara tidak langsung.
“Tidak dapat dihindari, hampir semua tokoh yang disukai publik karena faktor interaksi, termasuk menggunakan media sosial atau konsolidasi langsung pada masyarakat. Tanpa melakukan inetraksi publik, akan sulit mendapatkan tingkat kesukaan” pungkasnya.[]

