Ini Dia Sentimen yang Bikin Pemodal Global Khawatir

Jakarta, pojokdepok.com – Pemerintah AS akan merilis laporan ketenagakerjaan bulan Maret pekan depan, tetapi perkembangan di Ukraina, harga minyak dan laporan inflasi kemungkinan masih akan tetap menjadi penggerak utama di pasar modal.

Saham Wall Street mencatat kinerja positif minggu ini, di tengah kenaikan suku bunga robek dan lonjakan harga minyak mentah dunia. Energi menjadi sektor dengan kinerja terbaik, naik lebih dari 7%, karena kontrak berjangka minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) menguat nyaris 9%.

Imbal hasil Treasury 10-tahun yang merupakan salah satu indikator utama ekonomi dalam sepekan naik dari 2,14% menjadi 2,5% pada hari Jumat, level tertinggi sejak Mei 2019.

S&P 500 memang naik sekitar 1,8% untuk minggu ini, akan tetapi para investor dan trader masih terus mencermati implikasi kenaikan suku bunga apakah akan menghentikan keuntungan di pasar modal.

“Sejak perang dimulai, dalam sepuluh hari yang berkinerja positif, S&P 500 naik setidaknya 1%,” kata Art Hogan, kepala strategi pasar di National Securities, dikutip CNBC International.

“Saya berpikir minggu depan tidak akan berbeda. [Pasar Modal AS] akan didorong [berbagai sentimen dan berita utama], apakah itu data ekonomi, berita dari Ukraina atau kontrak berjangka minyak mentah.”

Meski pasar mengalami gonjang-ganjing sejak perang terjadi di Ukraina, S&P 500 berhasil naik hampir 3,9% selama bulan Maret hingga akhir pekan lalu.

Katie Stockton, pendiri Fairlead Strategies, mengatakan grafik saham terlihat menjanjikan untuk jangka pendek tetapi kurang jelas untuk jangka panjang.

“Kita harus memanfaatkan momentum jangka pendek ini. Saya merasa cukup yakin dalam jangka pendek. [Di rentang] beberapa minggu,” katanya. Katie juga menyebut bahwa pihaknya ” telah melihat beberapa terobosan jangka pendek yang bagus.”

Dia mengatakan 58% dari perusahaan konstituen di indeks S&P 500 sekarang berada di harga moving average 50 hari mereka, sebuah tanda positif dan bisa jadi momentum.

Adapun 50 hari yang dimaksud adlah harga penutupan rata-rata dalam 50 hari perdagangan terakhir, dengan pergerakan di atas batas tersebut dapat pula menandakan telah terjadi lebih banyak kenaikan, dan dapat mengalami koreksi.

Saham utama seperti Tesla, Microsoft, Apple dan Alphabet semuanya telah mendapatkan kembali rata-rata pergerakan (moving average) 50 hari mereka, katanya.

Lapangan Kerja & Inflasi

Pekan depan akan menjadi waktu yang cukup sibuk dan menegangkan dengan laporan pekerjaan bulan Maret dan data pengeluaran konsumsi pribadi menjadi sototan utama.

Sementara itu, indeks kepercayaan konsumen dan data harga rumah akan dirilis Selasa.

Data rumah tangga, yang di dalamnya termasuk indeks pengeluaran dan konsumsi personal (PCE) merupakan data yang menggambarkan ukuran inflasi yang diawasi ketat dan lebih disukai oleh The Fed. Ekonom memperkirakan inflasi inti PCE yang akan dilaporkan Kamis depan naik 5,5% secara tahunan (yoy).

Selain itu terdapat pula juga survei manufaktur ISM yang akan dilaporkan Jumat. Laporan utana terkait penggajian non-pertanian (nonfarm payrolls) juga akan dipaparkan hari itu.

Ekonom memperkirakan 460.000 pekerjaan berhasil ditambahkan pada bulan Maret dan tingkat pengangguran turun menjadi 3,7%, menurut Dow Jones. Angka tersebut turun jika dibandingkan dengan penambahan 678.000 nonfarm payrolls pada Februari, sedangkan tingkat pengangguran sedikit membaik dari semula 3,8%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

(fsd/fsd)