Pojokdepok.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Depok menargetkan tidak ada lagi kasus stunting baru pada anak-anak yang akan lahir di masa mendatang. Target ini didukung oleh empat strategi prioritas yang diterapkan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Depok.
Wakil Wali Kota Depok sekaligus Ketua TPPS, Chandra Rahmansyah, menyebut prevalensi stunting di Depok per Februari 2025 berdasarkan data Dinas Kesehatan tercatat 3,79 persen. Sementara menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting turun 1,8 persen menjadi 12,5 persen.
“Capaian ini menempatkan Depok sebagai salah satu daerah dengan prevalensi stunting terendah di Jawa Barat bersama Kabupaten Cianjur dan Sumedang. Namun kondisi ini tetap perlu menjadi perhatian bersama,” ujar Chandra dalam Rembuk Stunting di Felfest UI, Kamis (7/8/2025).
Strategi pertama untuk mencegah stunting baru adalah kampanye massif keluarga bebas asap rokok. Sebanyak 66,6 persen balita stunting berasal dari keluarga perokok, sehingga edukasi bahaya rokok dan dampak asap rokok pasif terhadap tumbuh kembang balita akan lebih serius.
Strategi kedua, Pemkot Depok memperkuat sistem deteksi dini di posyandu. Kader posyandu akan mendapatkan pelatihan agar mampu mengidentifikasi balita berisiko dan memberikan tindak lanjut yang tepat. Strategi ketiga, menerapkan intervensi berbasis wilayah sesuai karakteristik permasalahan di setiap daerah.
Strategi keempat, mengoptimalkan intervensi gizi pada baduta, ibu hamil, dan pencegahan berat badan lahir rendah (BBLR). Saat ini terdapat 1.635 baduta yang mengalami underweight dan berisiko stunting, serta 526 bayi BBLR yang membutuhkan pemantauan ketat.
Chandra menegaskan, Pemkot Depok menargetkan prevalensi stunting di bawah 3,5 persen, penurunan kasus stunting baru hingga maksimal 30 persen, dan penciptaan 80 persen keluarga bebas asap rokok. “Mari kita berkomitmen memastikan tidak ada lagi anak Depok lahir stunting. Dengan gotong royong semua pihak, saya yakin target ini tercapai,” pungkasnya.
Menurutnya, target Pemkot Depok tahun ini mencakup mempertahankan prevalensi stunting di bawah 3,5 persen, menurunkan kasus stunting baru hingga maksimal 30 persen, menciptakan 80 persen keluarga bebas asap rokok. Serta memastikan 100 persen ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan bayi BBLR mendapatkan penanganan optimal.
“Kepada seluruh TPPS Kecamatan dan Kelurahan, saya berharap strategi ini dapat diimplementasikan secara nyata di wilayah masing-masing. Kepada para Kepala Puskesmas, optimalkan pelayanan kesehatan primer dan sistem rujukan,” pesannya.
“Mari kita berkomitmen untuk memastikan tidak ada lagi anak Depok yang lahir stunting. Setiap keluarga sadar gizi, dan Depok menjadi role model pencegahan stunting tingkat nasional. Dengan semangat gotong royong dan kerja sama seluruh pihak, saya yakin target kita bisa tercapai,” tutup Chandra.