Jakarta, CNBC Indonesia – Surat Ad Dhuha adalah surat ke-93 dalam Al-Qur’an yang terdiri dari 11 ayat. Surat ini diturunkan di Kota Mekkah dan tergolong surat Makkiyah.
Basharat Ahmad mengatakan dalam Anwarul Qur’an, surat Ad Dhuha menaruh perhatian terhadap tersiarnya cahaya matahari Islam secara berangsung-angsur. Sehingga, surat ini dinamakan Ad Dhuha yang artinya ‘terangnya waktu siang’.
Berikut bacaan surat Ad Dhuha ayat 1-11 Arab, latin, dan terjemahannya:
وَالضُّحٰىۙ ١
waḍ-ḍuḥā1. Demi waktu dhuha (ketika matahari naik sepenggalah),
وَالَّيْلِ اِذَا سَجٰىۙ ٢
wal-laili iżā sajā2. Demi malam apabila telah sunyi,
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىۗ ٣
mā wadda’aka rabbuka wa mā qalā3. Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu,
وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰىۗ ٤
wa lal-ākhiratu khairul laka minal-ụlā4. Sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan.
وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضٰىۗ ٥
wa lasaufa yu’ṭīka rabbuka fa tarḍā5. Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.
اَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيْمًا فَاٰوٰىۖ ٦
a lam yajidka yatīman fa āwā6. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu),
وَوَجَدَكَ ضَاۤلًّا فَهَدٰىۖ ٧
wa wajadaka ḍāllan fa hadā7. Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk,
وَوَجَدَكَ عَاۤىِٕلًا فَاَغْنٰىۗ ٨
wa wajadaka ‘ā`ilan fa agnā8. Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
فَاَمَّا الْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْۗ ٩
fa ammal-yatīma fa lā taq-har9. Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.
وَاَمَّا السَّاۤىِٕلَ فَلَا تَنْهَرْ ١٠
wa ammas-sā`ila fa lā tan-har10. Dan terhadap orang yang meminta-minta janganlah engkau menghardik(nya).
وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ ࣖ ١١
wa ammā bini’mati rabbika fa ḥaddiṡ11. Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tafsir Surat Ad Dhuha Ayat ke 1-3
Disebutkan dalam Tafsir Al Azhar, Allah SWT bersumpah atas dua ciptaan-Nya dalam surat Ad Dhuha ini, yakni waktu dhuha dan waktu malam.
وَالضُّحٰىۙ ١ وَالَّيْلِ اِذَا سَجٰىۙ ٢
Artinya: “Demi waktu dhuha dan demi waktu malam apabila telah sunyi,” (Ad Dhuha: 1-2).
Imam As-Suyuthi telah menjelaskan dalam Asbabun Nuzul bahwa turunnya ayat tersebut terkait dengan perkataan orang-orang musyrik kepada Rasulullah SAW ketika beliau sedang sakit dan tidak dapat melaksanakan sholat malam. Riwayat ini juga terdapat dalam Asy-Syaikhani dan sumber-sumber lainnya.
Dengan ayat ini, mengingatkan kita semua akan pentingnya pengabdian dan kekuatan iman dalam menghadapi tantangan.
Dari Jundub, ia berkata, “Nabi SAW mengeluh sakit sehingga tidak bisa melaksanakan sholat malam selama satu atau dua malam. Lantas datangnya seorang wanita dan berkata, ‘Wahai Muhammad, aku lihat setanmu telah meninggalkanmu.’ Allah pun menurunkan firman-Nya, ‘Demi waktu dhuha dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu.’ (Ad Dhuha: 1-3).”
Sementara itu, Said bin Manshur dan al-Firyabi meriwayatkan dari Jundub, ia berkata, “Jibril terlambat datang kepada Nabi SAW, sehingga orang-orang musyrikin berkata, ‘Dia telah meninggalkan Muhammad.'” Latas turunlah ayat tersebut.
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Kisah terlambatnya turun Jibril disebabkan anak anjing adalah populer. Hanya saja jika ini menjadi sebab turunnya ayat maka merupakan suatu yang aneh, bahkan asing dan ditolak berdasarkan keterangan yang shahih.”
Tafsir Surat Ad Dhuha Ayat ke 4
Selanjutnya, pada ayat ke-4 dari surat Ad Dhuha, sebagaimana diuraikan dalam Tafsir Kementerian Agama (Kemenag) RI, Allah SWT membuka sesuatu yang meredakan kegelisahan dalam dada Nabi SAW dan menenangkan jiwanya.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa keadaan dalam kehidupan Nabi SAW di masa depan akan lebih baik daripada masa lalu. Ini adalah pesan yang penuh harapan untuk kita semua, bahwa dalam setiap kesulitan yang kita alami, ada janji kebaikan yang menanti di masa depan.
Kebesaran dan kehormatan Nabi Muhammad SAW akan terus berkembang, dan namanya akan semakin dikenal. Allah akan senantiasa membimbing beliau menuju kegemilangan dan kebesaran yang semakin luar biasa.
Janji Allah kepada Nabi Muhammad terus terbukti karena sejak itu Nabi Muhammad SAW semakin terkenal, kedudukannya semakin bertambah kuat, sehingga mencapai tingkat yang tidak pernah dicapai oleh para rasul sebelumnya. Demikian penjelasan tafsir tersebut.
Tafsir Surat Ad Dhuha Ayat ke 5
Pada ayat 5, Allah SWT menyampaikan berita gembira kepada Rasulullah SAW bahwa Dia akan terus melimpahkan anugerah-Nya kepada beliau, sehingga beliau menjadi senang dan bahagia. Di antara pemberiannya itu adalah turunnya wahyu (Al-Qur’an) secara berangsur-angsur sebagai petunjuk bagi Nabi SAW dan umatnya.
Tafsir Surat Ad Dhuha Ayat ke 6
Kemudian, pada ayat 6, Allah SWT mengingatkan nikmat yang pernah diterima Nabi Muhammad SAW dengan mengatakan, “Bukankah engkau hai Muhammad seorang anak yatim, tidak mempunyai ayah yang bertanggung jawab atas pendidikanmu, menanggulangi kepentingan serta membimbingmu, tetapi Aku telah menjaga, melindungi, dan membimbingmu serta menjauhkan dari dosa-dosa perilaku orang-orang Jahiliah dan keburukan mereka, sehingga engkau memperoleh julukan manusia sempurna.”
Tafsir Surat Ad Dhuha Ayat ke 7-8
Selain itu, Dia juga mengingatkan keadaan Nabi Muhammad SAW yang lainnya, seperti tidak mengerti tentang syariat dan tidak mengetahui tentang Al-Qur’an, kemudian Allah memberikan petunjuk kepadanya. Hal ini diterangkan dalam ayat 7.
Allah SWT juga menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW pada awalnya adalah seorang yang miskin. Namun, kemudian Allah memberinya kekayaan yang luar biasa melalui istrinya, Khadijah, baik dalam bentuk harta dagangan maupun yang digunakan untuk dakwah. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya dalam ayat ke-8. Ini adalah bukti nyata dari rahmat dan berkah Allah terhadap Rasulullah SAW, serta Khadijah yang telah berperan penting dalam penyebaran Islam.
Tafsir Surat Ad Dhuha Ayat ke 9
Pada ayat 9, sesudah mengingatkan tentang bermacam-macam nikmat yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, Allah SWT kemudian meminta Nabi-Nya agar mensyukuri nikmat-nikmat tersebut serta tidak menghina anak-anak yatim dan mengambil haknya.
Tafsir Surat Ad Dhuha Ayat ke 10
Selain itu, dalam ayat 10, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW agar menghormati orang-orang yang meminta sesuatu kepada beliau, dan janganlah menolak mereka dengan kasar. Sebaliknya, Allah menyarankan agar mereka diberi dengan penuh keramahan, atau jika memang tidak memungkinkan, mereka bisa ditolak dengan cara yang sopan.
Tafsir Surat Ad Dhuha Ayat ke 11
Allah SWT mengakhiri surat Ad Dhuha dengan tegas memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk terus memberikan bantuan kepada orang-orang fakir dan miskin serta untuk selalu bersyukur, menyebut, dan mengingat nikmat-Nya.
Pesan ini adalah pengingat bagi kita semua untuk selalu berbuat baik kepada sesama dan menghargai segala nikmat yang telah Allah berikan. Dengan demikian, kita dapat meraih kedamaian dan berkah dalam kehidupan kita.
(miq/miq)