Syarikat Islam Siap Bentuk Desk Anti-Islamophobia

pojokdepok.com -, Syarikat Islam akan membentuk desk Anti-Islamophobia menanggapi isu peminggiran umat Islam melalui berbagai isu.

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal SI, Ferry Joko Juliantono, Senin (21/3/2022) pada pembukaan musyawarah nasional Alim ulama Syarikat Islam di Jakarta.

Menurut Ferry, runtuhnya bangunan islamophobia (ketakutan berlebihan yang dibangun tentang Islam) yang dikembangkan ulang sejak 11 September 2001, seharusnya membangkit-kan umat Islam untuk bergerak dan menunjukkan agamanya sebagai agama welas asih bagi dunia (rahmatan lil ‘alaimin).

baca juga:

“Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah  menetapkan 15 Maret 2022 sebagai hari perlawanan terhadap phobia Islam, saya melihat umat Islam sendiri kurang menyambutnya dengan berbagai gerakan yang menunjukkan bahwa agama ini bertolak-belakang dengan wajah yang selama ini dikembangkan orang-orang yang memusuhinya. Ini agama welas asih yang bisa membawa dunia ke dala kedamaian penuh sejahtera alias agama rahmatan lil alamin,” kata Ferry dalm acara Munas Ulama Syarikat Islam di Hotel Sofyan Jakarat Pusat.

Ferry menunjukkan contoh bagaimana mereka yang selama ini mengembangkan Islamophobia, justru menjadi pihak yang senantiasa menunjukkan kekejian. Misalnya, negara Zionis Israel yang tanpa alasan menyerang rakyat Palestina dan Masjid Al-Aqsa tahun 2021 lalu.

Sementara di sisi lain ada ada sikap humanis Taliban saat memenangkan Afghanistan dan mengusir keluar Amerika Serikat, yang mempersilakan pasukan AS dan warga berbagai negara asing untuk pulang ke negara mereka.

“Itu berbeda jauh dengan peristiwa Perang Vietnam juga Kamboja, yang menimbulkan masalah kemanusian,” kata dia.

Menurut Ferry, semua itu sejatinya tak lepas dari kepemimpinan Pesiden Joe Biden yang mulai berkuasa tahun lalu. Biden, dengan pertimbangan internal mereka yang tak lepas dari peran Council on American Islamic Relations (CAIR), berhasil mendorong Partai Demokrat menginisiasi UU Anti-Islamophobia dan sukses digoalkan di wilayah hukum.

Yang justru ganjil, kata Ferry, sementara AS telah membangun landasan perundang-undangan untuk menghapus Islamophobia, di negeri kita sendiri isu-isu yang cenderung memojokkan Islam justru terkesan terus dikembangkan.

“Misalnya wacana radikalisme atau Islam radikal. Dengan perkembangan dunia di saat-saat terakhir ini, wacana radikalisme Islam di Tanah Air sebenarnya ganjil dan terasa melawan elan vital sejarah alias zeitgeist. Dunia berjalan ke sisi kanan, eh, Indonesia sendirian memilih sisi kiri dana melawan arus,” ujar mantan tahanan politik ini.

Itulah antara lain berbagai alasan untuk dibentuknya desk Anti-Islamophobia di SI.

Selain mengembangkan wacana anti-Islamophobia, tujuan yang lebih besar  adalah disahkannya Undang-Undang Anti-Islamophobia di Indonesia.

“Ini langkah awal yang akan kami sosialisasikan sehingga umat Islam yang menjadi wakil rakyat di DPR juga sadar peran mereka,” kata Ferry.

Tentang isu radikalisme sendiri, sekjen bergelar doktor tersebut sebenarnya merasakan banyak keganjilan. Paling tidak, isu tersebut mentah secara intelektual.

“Coba baca, Webber dan Kruglanski saja menyatakan akar radikalisme itu lebih sering karena krisis sosial-ekonomi, adanya degradasi peran institusi politik serta penurunan standard hidup masyarakat. Selama isu radicalism ini berlangsung, tak sekali pun saya dengar institusi yang getol meneriakkan radikalisme ini bicara soal keadilan sosial dan hal-hal yang relevan dengan itu. Malah yang dimunculkan justru daftar ulama radikal yang diminta tak diundang berceramah,” kata Ferry.

Untuk itu pula Ferry mengimbau agar seluruh Muslim Indonesia menyadari persoalan yang mereka hadapi saat ini.

“Desk ini juga akan berupaya membangun kesadaran dan kebanggaan menjadi seorang Muslim. Sebab hanya orang yang bangga yang bisa diajak membangun negara dan berjuang meraih BB ha kesejahteraan hidup yang lebih baik,” kata Ferry.

Sedang, Wakil Menteri Agama, Zaijut Tauhid Saadi mengatakam, bahwa Syarikat Islam akan terus menjalankan misi dakwah sejalan dengam cita-cita kebangsaan dan keumatam semoga musyawarah ulam sarikat Islam dapat menghasilkam spirit lebih kuat demi jalannya organisasi.

Menurutnya, agama dan pembangunan dua sisi yang saling mengsi. Jalan panjang bangsa indonesia melaksakan oembangunan juga mencatat keterlibatan yang sangat luas dari tokoh agama ormas islam dan masyarakat.

“Indonesia bukan negara agama namun agama dan negara adalah satu entitas yang tak bisa dipisahkan dua-duanyanya berjalan beringian dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Zainut Tauhid saat memberikan sambutan.

Menurut dia, Indoensia bagian penting dalam perjalanan Islam di negeri yang penuh keberagaman. Islam tumbuh menjadi perekat dan pemersatu bangsa Indonesia. Ajaran Islam diadopasi dalam sistem tata negara dan hukum positif, di saat bersama paea ulama adalah mitra startegis keberhasilan pembangunan kita.

“Jika hari ini menyaksiakan sajian terindah, dari Sabang sampai Merauke maka di dalammnya peran dari para ulama dan ormas islam yang tak pernah ragu mendukung NKRI,” katanya.

Kata dia, isu keumatan telah berkembang luas dengan berbagai tantangan yang sangat berfariasi isu pendidikan dan kesehatan dan ekonomi juga perlu direspin masyarakat secara komprehnseifm isu filantropis zakat dan wakaf yang perlu dukungan dari ormas Islam.

Untuk itu, Kemenag menyambut baik dan mengajak Syarikat Islam untuk menjalin dan kerjasama dan keukunan umat beragama.

“Saya harapkan munas bisa melahirkan sebuah gagasan ide yang terus memberikan kontribusi besar NKRI. Beberapa hal, Filantropi Islam apakah itu zakat itu merupakan sumber daya umat yang luar biasa yang perlu digali. Untuk kemakmumaran Islam apalagi sarikat Islam bergerakat,” ujarnya. []